Swara Syaiton: (2) Yang Menghambat
Tulisan ini lanjutan dari tulisan sebelumnya dua tahun lalu, bisa dibaca disini dulu:
... Disaat teman-teman sedang merayakan bulan Ramadhan, baginda sekaligus memberikan berbagai kenikmatan pada mereka. Ada yang diberi takjil, diberi mudik gratis, hingga diberikan gelar. Teman-temanku kebanyakan diberikan gelar S.Psi. Mereka berhasil melalui perjuangan yang cukup panjang hingga akhirnya berujung pada kebahagiaan, kecuali orang-orang yang imannya sirna. Mereka justru diberikan hambatan.
Aku merupakan salah seorang yang imannya sirna. Oleh sebab itu aku tidak diberikan gelar pada kesempatan ini. Aku justru diberikan ujian penghambat kesuksesan. Ya mau gimana lagi, lha wong skripsi aja masih 3 halaman. Halaman depan, halaman judul dan halaman kosong. Buku biru masih hampa. Gimana mau sukses. Tapi bagaimanapun, ini bukan kehendak sini. Sudah berusaha sekuat tenaga, tapi ya selalu ada hambatannya. Menurutku nih ya, salah satu hambatannya berasal tokoh yang memiliki kontrol terhadap masa studiku. Siapa coba, baginda? Bukan, tapi yang mulia.
Aku benci yang mulia. Bagaimanapun, yang mulia itu menyebalkan. Menyebalkan ini relatif loh, jangan disalah artikan. Bagiku, sering membatalkan janji dan gabisa di hubungin lewat telepon itu menyebalkan loh. Bayangin aja selama satu semester aku hanya bisa bertemu dia satu kali. Padahal rata-rata waktu luangku tiap harinya adalah 24 jam. Tapi tentu yang mulia sibuk dengan urusan-urusan lain sehingga lupa akan makhluk astral yang tak terlihat seperti aku ini.
Belakangan, setelah sebulan lebih berhenti skripsian. Aku sering berpikir bahwa kesuksesan itu bukan ditentukan oleh diri sendiri. Tapi juga ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk faktor-faktor yang menghambat. Kalau ga ada hambatan pasti lah sudah sukses semua. Lha wong temanku yang pekok saja sudah diberi sukses kok, teman aku yang malas dan jarang usaha juga sukses ndes. Berarti kan bukan dari diri sendiri aja. Sepekok pekoknya orang, semalas malasnya orang kalau bimbingan lancar ya lulus. Yakan? Silahkan pm kalau ingin argumen serta bukti yang lebih valid.
Tapi aku tidak ingin berdebat sekarang, karena sesungguhnya saat ini terdapat sebagian unsur happy dalam suasana hatiku Karena apa? karena yang menghambat yang mulia telah pamitan. Beliau tidak bisa menghambat aku lagi semester depan. Baginda telah memberikan perintah pada yang mulia, "jangan lagi urusin hidup sayiton". Namun sabda itu baru akan berlaku mulai tanggal yang ditentukan.
Ah sekian dulu. Malam ini malam ganjil di bulan Ramadhan. Malam yang dinantikan oleh pecinta kenikmatan. Mereka menahan napsu, berserah diri memohon ampunan. Begitupun aku, sebagaimana orang pecian lainnya. Sekarang, aku udah ga se bejat tahun lalu. Hambatan dalam hidup membuat diriku semakin sholeh. Bye...
Bersambung....
*dampak ditinggal lulus seangkatan, di psiko sendirian, ga ada bimbingan. Satu semester lagi lulus sob!!
Comments