IP RENDAH, INI ALASAN SAYA
Akhirnya berakhir sudah perjuangan saya menjalani semester pertama di Psikologi. Dengan nilai akhir yang masuk katagori memuaskan, tetapi secara subjektif saya menganggap nilai tersebut sebagai salah satu hasil yang sangat tidak memuaskan. Mengapa bisa mendapat nilai yang tidak memuaskan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut mungkin saya harus berpikir dan mengkaji ulang mengenai hal apa saja yang telah saya lakukan selama semester satu. Apa alasan saya mendapatkan nilai yang kurang memuaskan? Haruskah saya melindungi diri terhadap rasa malu ini?
Alasan yang cukup realis adalah nilai MPKT A yang sejumlah 6 SKS hanya mendapat nilai akhir 78, sedangkan bahasa inggris dengan bobot 3 SKS mendapat nilai C. Mungkin Accusation berlaku untuk kasus ini, dosen saya harusnya memberi nilai A pada MPKT atau setidaknya menaikan 2 digit angka pada nilai akhir agar kedepannya perjuangan saya tidak berlebihan. Atau saya harus mendakwa orang lain yang mendapatkan IP 3,9 yang membuat saya seolah minder, merasa inferior, malu dan tak berdaya?
Orang yang tidak sehat secara psikologis akan selalu menyalahkan orang lain. Dari pada mencari alasan eksternal, mungkin refleksi diri akan menemukan jawaban yang lebih logis. Selama semester pertama, saya tidak banyak belajar. Waktu-waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk membaca, digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat seperti beribadah melamun, tidur atau main game. Cukup itu? Saya rasa tidak, banyak faktor yang mempengaruhi nilai tersebut diantaranya adalah proses belajar yang cukup banyak. Disemester 1 saya tidak hanya belajar materi Psikologi, tapi saya juga belajar menjadi manusia yang dewasa dengan manajemen sendiri. Belajar untuk menjaga keseimbangan dalam hidup agar tetap sehat dalam berbagai aspek seperti ekonomi, agama, psikis maupun keseimbangan organ tubuh.
Sudah beberapa alasan yang saya ungkapkan di atas, tapi feeling saya mengatakan bahwa masalah pokoknya belum saya sampikan. Sebelum menyampaikan, alangkah baiknya untuk membaca kisah biografi singkat salah satu tokoh yang saya kagumi. Ini dia:
Beberapa tahun yang lalu, seorang mahasiswa yang sangat pitar sedang berjuang melalui tahun ketiganya. Walaupun ia menunjukkan nilai yang cukup baik pada mata kuliah yang membuatnya tertarik, tetapi nilai-nilainya di mata kuliah lain sangat buruk sehingga ia terancam DO. Belakangan ia mengikuti tes IQ dimana ia mendapat nilai 195, sebuah nilai yang sangat tinggi yang hanya bisa dicapai oleh sekitar satu orang dari beberapa juta orang. Oleh karena itu, kurangnya kemampuan intelektual bukanlah alasan mengapa pria muda ini mendapat indeks prestasi yang kurang memuaskan.
Seperti pria muda lainnya, mahasiswa ini sedang jatuh cinta, sebuah keadaan yang membuatnya sulit berkonsentrasi pada kuliahnya. Oleh karena sangat pemalu, pria muda ini tidak dapat mengumpulkan keberanian untuk mendekati orang yang dicintainya dan yang menarik wanita muda yang dicintainya adalah sepupunya. Situasi ini memungkinkan dirinya mengunjungi sepupunya dengan alasan mengunjungi tantenya. Ia mencintai sepupunya dari kejauhan, malu-malu, tidak pernah menyentuh sang sepupu ataupun menyatakan perasaannya. Kemudian, tiba-tiba kebetulan mengubah hidupnya. Ketika mengunjungi tantenya kakak sepupunya mendorong sang pria muda pada sepupunya, seolah menyuruh sang pria muda untuk mencium sepupunya. Ia melakukannya, dan yang mengejutkannya adalah bahwa sang sepupu tidak menolak untuk dicium, Sang sepupu mencium balik sang pria muda balik dan hidup sang pria muda menjadi lebih berarti.
Pria muda tersebut adalah Abraham Maslow, salah satu tokoh yang menjadi pioneer di Psikologi Humanistik. Biografi tersebut belumlah sempurna karena perlu diketahui juga bahwa setelah kejadian tersebut Abe dan Bertha (sepupunya) tak lama kemudian menikah, dan pernikahan inilah yang mengubah mahasiswa rata-rata menjadi mahasiswa yang sangat luar biasa yang akhirnya membentuk psikologi Humanistis di Amerika Serikat. Banyak teori-teori terkenal yang ia kemukakan seperti Hirarki kebutuhan dan Aktualisasi diri. Kita juga dapat belajar dari kutipan biografi singkat diatas. Bukan masalah jatuh cinta dengan sepupunya, tapi makna implisit yang dapat kita lihat dalam diri kita, terutama dari pandangan saya sendiri.
Nah, sepertinya pengalaman Abe tidak jauh berbeda dengan kehidupan saya. Kalaupun melakukan tes IQ, sayapun tidak tergolong orang “pekok”. Sama halnya dengan Abe, saya adalah orang yang pendiam, saya mencintai seseorang dari kejauhan, malu-malu, tidak pernah menyentuhnya dan mengungkapkan perasaan kepada orang yang saya cintai. Mungkin tahun-tahun kedepan apabila saya telah menemukan bahkan mendapatkan seseorang yang saya harapkan tersebut, IP saya meningkat drastis dan kehidupan saya akan lebih berarti, apalagi kalau mendapat dorongan dari orang yang IP-nya sangat-sangat tinggi. Atau bahkan mungkin saya dapat menemukan teori yang lebih cetar ketimbang gagasan dari third force?
Akhir kata, jawaban dari pertanyaan pada paragraf pembuka adalah:
saya membutuhkan sedikit dorongan untuk meraih potensi saya. Saya juga tidak perlu malu atau minder untuk hal ini, seharusnya yang malu adalah yang sudah punya pasangan tapi IP nya tetap rendah. Yang terakhir, jangan kaget apabila akhir kuliah nanti IP saya tiba-tiba meroket tinggi. Tunggu saya saudara, Jibril belum selesai!
sumber referensi : Buku Keprib tulisan Fiest & Fiest
Comments
no deposit bonus http://www.canadanodepositbonus.com/
buy cheap Generic viagra
Buy generic viagra now
viagra generic
generic viagra