Selamat, Tapi...
![]() |
Sb: Ilustrasi, koleksi pribadi |
Waktu masih sekolah di SD dulu,
yang dibilang anak berprestasi itu ya, yang lebih unggul
dibanding anak-anak lainnya
anak yang jelas-jelas kompeten di bidang-bidang tertentu, sesuai
dengan jamannya.
kalau jamanku dulu, anak yang mampu juara di tingkat kelas
itu yang dibilang berprestasi.
itu di daerahku lho, mungkin di daerahmu beda…
karena aku ini didorong paksa untuk belajar oleh ortu, maka
bisa dilihat bahwa,
aku ngalahin mereka…
terus mereka yang kalah ngasih tepuk tangan kemari karena
disuruh ama ibu guru…
walaupun akhirnya kita sama, sama-sama lulus dari SD
Sekarang, seiring kami memasuki usia 20 an,
yang dibilang orang berprestasi udah berbeda lagi, yang
berprestasi itu ya,
yang paling mampu untuk jatuh cinta, menikah dan membangun keluarganya, sesuai kata-kata Erik
Erikson.
kalau menengok situasi sekarang, dan telah beredar
undangan-undangan pernikahan
dari pelbagai grup facebook yang berbeda-beda,
maka untuk sementara dapat disimpulkan bahwa,
mereka saat ini mengalahkanku…
terus sini yang kalah memberikan selamat ke mereka karena
takut kena karma …
walaupun sesungguhnya ucapan selamat itu belum tulus dari hati
Pernah dengar ungkapan bahwa “hidup itu serba adil”. Kan?
dari orang tua, guru atau seorang ustadz.
nah akupun sama, namun kelamaan, perlahan kita harus mulai
tidak percaya
jika pernyataan tadi benar, maka semua orang harus mempunyai
pasangan,
cepat ataupun lambat
sebagaimana jaman SD, bodoh atau pintar semuanya lulus Ujian
Akhir
jika premis tadi salah maka,
jangan pakai authority
sebagai pegangan hidup dan sumber kepercayaan
jangan gunakan analogi sebagai sarana untuk mengembangkan
harapan…
Comments